Setelah sekian lama akhirnya gue nonton di bioskop juga.. huuuaaa berasa baru keluar dari gua.. hahahhaa…
Dan pilihan film yang gue tonton kemaren adalah Divergent, a novel based film, buat gue cerita seperti Divergent sama halnya dengan Harry Potter, Piercy Jackson dan film-film Si-Fic lainnya, yang enaknya dinikmati dalam bentuk film. Cerita jadi mengalir dan tentunya setting latar jadi lebih hidup. Kenapa gue bisa bilang begini? Karena gue kapok baca novel Harry Potter yang tebelnya melebihi diktat kuliah gue dulu hahaha.. capek bacanya.. dan gue ga menikmati baca buku seperti itu. Terlebih gaya penulisan author luar negeri memang rata-rata seperti itu, dengan jokes dan bahasa yang kadang harus dicerna dulu saat membacanya, well.. itu semua balik lagi ke selera sih. 

Oke balik lagi ke Divergent, gue suka dengan plot yang diberikan sutradaranya, tertata, rapi dan mengalir sesuai konfilknya. Mulai dari pengenalan ‘dunia’ Divergent dimana diceritakan kota Chicago dimasa akan datang, manusia tidak lagi sama dengan sekarang. Hidup dengan aliran Faksi (Faction) yang terbagi-bagi sesuai sifat dasar mereka dan keturunan, walau sebuah pilihan selalu ada-untuk tidak sesuai dengan aturan dan aliran hidup- atau menjadi Non-Faction. Disini karakter Beatrice “Tris” (Shailene Diann Woodley) yang sedang mengalami transisi dari seorang remaja Abnegation (selfless) menjadi tertantang untuk menyelami bagian lain dari dirinya untuk akhirnya dia memilih menjadi pribadi yang Dauntless (brave).  Keputusan Beatrice membuat orang tuanya kaget dan sedih, namun Beatrice yang kemudian menyingkat namanya menjadi Tris tetap teguh pada pilihannya. Saat itu dunia mulai mengalami ketidaktenangan, kaum Erudite (intelligent) mulai mencoba perlahan untuk mengambil alih kekuasaan yang saat itu dijalankan oleh Abnegation. Erudite mulai meracuni pimpinan Dauntless untuk mulai membuat pasukan (yang seharusnya Dauntless adalah pelindung, penjaga, dan polisi bagi semua kaum yang ada) yang pada akhirnya ingin menguasai dunia dengan membunuh para anggota council mereka sendiri. Beatrice yang masih menyesuaikan diri dan terus berusaha menjadi kadet Dauntless harus berusaha keras selama pelatihan yang diberikan. Secara fisik dia mengalami kewalahan tetapi semua terbayar saat dirinya memaksakan untuk ikut dalam tes perang (capture a flag game) yang dimenangkan oleh kelompoknya bersama Four (Theodore Peter James Kinnaird Taptiklis) (Instruktur Tris dan cowo kece dari keturunan Abnegation juga). Mereka berhasil merebut bendera kelompok ‘musuh’ dengan strategi yang cukup membuat musuh mereka kewalahan. *ngiri sama Tris bisa berduaan mulu sama Four..uwuwuwuwu... :))*



Setiap remaja yang telah selesai dalam masa pelatihan diharuskan mengikuti tahapan tes akhir berupa simulasi tes terhadap rasa takut mereka sendiri. Tris yang merupakan Divergent dapat dengan mudah melumpuhkan rasa takut dalam simulasi itu (saat diawal tes kepribadian), namun Four membantu dia agar test itu dapat dilalui dengan cara Dauntless. Semua anggota baru Dauntless diwajibkan untuk disuntik serum khusus yang diciptakan oleh kaum Erudite, serum yang membuat mereka menjadi robot pembunuh tanpa rasa takut dan belas kasihan. Tris dan Four tidak terpengaruh serum itu, mereka mencoba mengalahkan Jeanine (pimpinan Erudite) dan pasukannya untuk membatalkan misi mengubah semua Dauntless menjadi robot. Misi mereka berhasil dan akhirnya mereka menjadi Non-Faction.

Cerita ini sepertinya akan berlanjut sesuai dengan buku yang sudah diterbitkan. Ummm ga sabar nunggu film selanjutnya. Semoga sekeren cerita perdananya. Gue keluar bioskop dnegan senyum puas. After missing a film like Harpot and Transformer, I do glad to see this movie..
Enjoy everyone!

0 Komentar