"Yang ini saja pak, buat anak remaja kan? Motifnya lumayan kok" aku menunjuk salah satu kaos khas Palangka yang menurutku paling menarik sambil berkata pada Pak Yono.
"Oo gitu yah, ya sudah, saya ambil seperti ini dua buah, yang ukuran L yah dek" kata Pak Yono pada mas penjaga toko. setelah puas berbelanja kami menyusuri sisi mall hingga akhirnya jalan-jalan kami di mall Palangka pun berakhir.
Dari lantai 3 kami turun dengan lift ke ground. Ponselku berdering, "halo, iyah waalaikumsalam"
"Kamu dimana? Sudah makan belum?"
"Lagi di mall Palangka sama bapak ibu rombongan, setelah ini kita mau cari makan"
"Ooo ya sudah, hati-hati yah"
"Iya"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Aku keluar lift paling belakangan, saat melangkah menuju rombongan, aku terhadang seorang pria. Aku kaget dengan handphone masih menempel dikuping dan dia pun kaget sambil minta maaf. Tanpa sadar aku berkata "hai kamu? Apa kabarnya?" Dengan muka tersenyum walaupun sebenarnya kaget. "Iya, baik-baik saja"
"Sedang buru-buru?"
Aku mendengarnya bicara sambil mata mencari-cari rombonganku, menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Nggg.. Ga juga sih, rombongan udah ga kelihatan" jawabku ragu tanpa melihat ke matanya.
"Menginap dimana?"
"Di Luwansa"
"Ohh.."
"Maaf yah aku harus mencari rombonganku"
"Baiklah, sampai nanti" dia tersenyum
"Oke" aku membalas senyum khasnya


Kemudian aku berjalan ke pintu keluar mall sambil berpikir, hey, bisa yah ternyata aku gak gugup lagi didepan dia. Dengan tersenyum dan sedikit menunduk, tanpa disadari, aku tersenyum. Aku melangkah menuju bu Puji yang sudah melambaikan tangan dari tadi.

"Hayyoo... Kita naik angkutan umum aja" ajak Pak Agus pada rombongan
"Iyahlah daripada lama nunggu taksi, sekalian aja kita sewa ini angkotnya" bu Endang menyahut dengan usul. "Nah itu ada" pak Yono memberhentikan satu angkot yang mulai menepi, melihat rombongan kami dan Pak Yono mulai menawar sewa. Dia balik ke rombongan dan mengatakan supirnya mau. Akhirnya kami menelusuri malam di Palangka dengan angkutan umum. Jalan sekitar tidak terlalu banyak mobil. Lampu-lampu jalan sudah menyala sejak tadi. Bangunan dengan jarak renggang sepanjang jalan pun telah menyala dan terang. Aku terdiam melihat kota ini. Memandang ke pinggir jalan. Hanya ada beberapa orang berjalan di trotoar. Motor yang lewat satu hingga dua buah. Berbeda sekali dengan kotaku di pulau Jawa. Banyak motor berseliweran sepanjang jalan dan penuh dengan angkot.
Kami berhenti di sebuah rumah makan yang bertuliskan menyediakan sate dan ayam bakar. Aku menyeritkan dahi, jauh sekali aku kesini dan pada akhirnya makan malam dengan pilihan sate ayam atau ayam bakar. Aku menghela nafas penyesalan.
Kami duduk di meja tengah ruangan, berhadapan satu sama lain. Seperti tempat duduk di rumah makan yang biasa ada di pulau jawa. Tepat diatas meja kami sebuah lampu neon terang bersinar, batas restoran dengan bagian luar hanya berupa dinding kaca. Aku duduk di pinggir, berhadapan dengan Rizki, di bagian ujung meja sebelah dalam ruangan. Di ujung satunya, bapak-bapak rombongan sengaja duduk disana. Aku memandang sekeliling, ternyata ada beberapa meja kecil dengan letak yang berbeda.


"Lemon tea nya mba.."
"Loh? Saya ga pesan mas dan sudah ada ini" kataku sambil memegang air minum dalam kemasan botol.
"Sudah dibayar sama mas yang disana" sambil menunjuk ke meja pojok searah pintu keluar. dan ternyata meja serta kursi itu kosong tanpa penghuni.

Aku menengok ke arah mas Pelayan "Yang mana mas?"
"Loh, si mas yang disana kemana yah?" Si pelayan malah balik bertanya padaku dengan tampang bingung. Akhirnya aku menerima lemon tea itu. "Ya sudah pak, terima kasih"
"Iya neng"
"Udah diminum aja, lumayan gratisan tuh mel" rizki nyahut seketika.
Aku nyengir mendengar kata-katanya.

Apa mungkin itu dia? Kenapa lemon tea? Hhhhh...



Bersambung

0 Komentar