Semua tersenyum sumringah di ruangan keluarga yang hangat dengan canda tawa seusai acara. Suasana depan rumah basah oleh hujan yang turun tepat setelah acara selesai. Sisa-sisa beningnya tetesan hujan masih menemani daun-daun bunga yang ikut bermekaran senang melihat Sandra berbahagia hari ini.

”Alhamdulillah... mamah senang kamu bisa kelangkah ini dengan segala perjuangan.” Mamah Sandra tersenyum sedikit lega dan Sandra menyambut mamahnya dengan pelukan hangat.

”Aku balik kesana hari minggu sayang, kita masih ada waktu buat jalan bareng sampe sabtu yah..” Bima berbicara di dekat Sandra. ”Iya bang, sore pulang kerja kamu bisa jemput aku dan kita bisa sama-sama makan malam diluar” sahut Sandra senang. Mereka memanfaatkan waktu bersama sebelum Bima kembali ke tugasnya di Bandung. Hujan gerimis yang masih terus turun menemani kebersamaan mereka yang dirasakan begitu indah saat itu.

Akhir minggu, saatnya bagi Sandra berkunjung kerumah Bima untuk bersilaturahmi secara formal sebagai calon istri. Pagi itu, cuaca sedikit mendung tapi itu tak menyurutkan niat Sandra untuk berangkat kesana dan Bima sudah datang menjemputnya dengan senyum manis sedari tadi.

”Yuuk... ” Bima menyambut tangan Sandra dengan manis menuju mobilnya. Sandra tersenyum memegangnya. Perjalanan terasa begitu singkat, pertemuan itu telah usai dan segala perasaan bahagia memuncak dibenak mereka. Serasa awan mendung menjadi warna biru dan begitu cerah dan hujan deras menjadi butiran salju yang putih indah menghiasi malam mereka berdua. Hujan yang romantis.




”Ngapain sih kamu ngucapin ulang tahun segala ke cowo-cowo itu?” hardik Bima dengan emosi membara.
”Kenapa sih emangnya? Cuman temen bang, cuma sekedar ucapan ajah dan itu pun hanya lewat dunia maya!” Jawab Sandra seketika sambil menutup telpon sepihak.
Dasar orang aneh, begitu aja dicemburuin, gw jadi susah nafas kalo begini terus, pikir Sandra.
Bulir-bulir bening mengalir di pipi Sandra. Udah kesekian kalinya gw diomelin, dicaci maki, dilarang segala macem. Kenapa masih gak bisa percaya sama gw sih?
Gw udah berkomitmen mau nikah sama dia tapi kenapa dia masih aja sifatnya begitu, gak ada sedikitpun percaya sama gw?

Menatap dibalik jendela penuh titik hujan, raut muka lelah dan hampir putus asa, Sandra terus berpikir, pusing dan lagi-lagi menghela nafas panjang.
Tapi gw sayang sama dia, gw pengen nikah sama dia, gw pengen terus sama dia.
Apa sih salah gw? Toh gw hanya berteman dengan mereka, apa gw gak punya hak buat bersosialisasi? Gw juga selalu jawab telepon dan sms dia, kapan pun itu!!
Dadanya masih sesak dengan segala pikiran yang carut marut tak karuan.
Ingin ia lepaskan semua rasa sesak itu dari dadanya. Ia ingin bebas dari semuanya.
”Mamah....” lirih Sandra, semua sudah dipersiapkan dengan susah payah, belum lagi mengingat kondisi orang tuanya, ibunya tidak bisa mendengar berita buruk, harus menjaga kondisi beliau, semua tabungannya terkuras untuk semua keperluan nikah. segala persiapan itu akan sia-sia kalo dia mundur..... terutama mengingat kondisi ibunya... AAARRRRGGHHH!!!




Terduduk sendiri di sebuah bukit di daerah puncak Bogor.
Terdiam disana memandang sekeliling nya, Ibu tua itu terus tekun berjalan mencari daun teh yang siap ia petik, memilih-milih diantara rimbunnya daun-daun teh.
Sandra tertegun melihat seorang Bapak yang berjualan es nongnong keliling pinggir jalan. Bapak itu tetap tersenyum kepada orang yang bertanya arah jalan padanya.
Walau sejak tadi dagangannya belum laku satu pun.
Langit mulai gelap dan hujan mulai turun beberapa orang mencari tempat untuk berteduh, si Bapak ikut berteduh di antara orang-orang itu.
Dia mengucap syukur atas turunnya hujan. Bapak itu bersyukur dengan keadaan begini? Justru klo hujan begini dagangannya gak laku?
Hanya senyum kecil yang bisa membuat Sandra kembali menikmati hujan yang ia biarkan membasahi badannya sejak tadi.
Bapak itu tetap mensyukuri apapun masalah yang dia hadapi karna Tuhan telah mengatur rezeki dan segala sesuatu untuknya.

”YAAAA.. GW PASTI BISA JUGA..!!!” Teriak Sandra saat itu dan segar ia bangkit dari duduknya untuk segera pulang dan menghadapi semua masalahnya.
Hujan kali ini begitu berbeda untuk Sandra. Tak ada lagi sedih menyambutnya, selalu ucap syukur untuk setiap butir hujan yang turun.




”Hei Bim.. jadi gak ikutan makan bareng?” tanya teman Bima didepan pintu kamarnya.
”ngg... ntar gw nyusul deh” jawab Bima dengan ragu.
Dia masih bingung kemana lagi harus mencari tunangannya. Sedari tadi sulit dihubungi dan Bima jadi semakin khawatir, terus berpikir mencari tahu kemana lagi yah?
Gw gak tenang klo begini terus, tanpa pikir panjang, Bima terus menerus mencoba menelpon ponsel Sandra. Namun yang ia dapat hanya bunyi tidak aktif.
Pikirannya mulai kacau dengan lintasan kisah kecelakaan Sandra beberapa bulan yang lalu. Sandra jatuh dari motornya saat hendak pulang kerumah.
Ketika itu hujan turun dan jalan licin, Sandra tetap melajukan motornya dengan kencang. Dan kejadian itu membuahkan patah tulang tangan dan kaki Sandra.
Ketakutan Bima semakin menjadi, dia putuskan untuk segera pergi dari sana.

”Wo, gw pergi dulu yah, besok malem gw udah sampe sini lagi kok” tegas Bima pada temannya Bowo. ”apa? Lu mau kemana? Jangan bilang lu mau ke Bogor sekarang?!” Tanya Bowo curiga.
”Gw gak tenang Wo, tunangan gw gak bisa dihubungin seharian ini. Tolong bantuin gw yah, gw ijin bentar.” Bima langsung menyambar motornya dan berlalu.
Yang ada dipikiran Bima cuma Sandra, Sandra dan Sandra. Dia terus menembus gelap malam yang hening dengan motornya




”Ndraaa... makan yuuukk.. ” ajak Sita sambil nongol dibalik pintu ruangan.
Sandra tersadar dari lamunannya. Tiga bulan sudah berlalu sejak kejadian itu, dia ikhlas dan yakin dengan semua yang terjadi.
Sandra terus berdoa agar semua ini untuk kebaikan semua orang, dirinya, keluarganya juga untuk Bima. Everyday I Love You bang......
tapi begini mungkin lebih baik untuk kita.
Ponsel Sandra berbunyi, satu sms masuk. Ternyata mamah Bima, gimana kabar kamu nak? Langsung dijawab olehnya,
alhamdulillah baik tante, tante sehat? Maaf belakangan ini saya agak sibuk jadi belum sempat sms tante. Senyum Sandra tersungging.
”Yaaaahh.. ujan nih Ndra.... lu bawa payung gak? Gw lagi pengen sup di seberang sana tuh, enak kan klo lagi dingin gini. Hehehe.... ” tanya temanya. ”ada kok, yukk.. gw jg lagi pengen nih” jawab Sandra langsung.
Hujan lagi.
Segala macam hujan telah ia lalui, bukan salah hujan tapi dirinya yang memandang hujan dengan sudut yang lain.



Bang Bima, maaf aku gak bisa lagi bersamamu. Aku gak bisa menghadapi segala sifatmu yang masih seperti itu. Aku telah lelah berharap dan berusaha untuk kita. Kau tak bisa disayang lagi.
Sandra



Bima menatap kosong isi surat itu. Sandra yang dia kasihi, Sandra yang dia sayangi dan cintai dengan sepenuh hati telah pergi.
Sandra lebih memilih beasiswa ke luar negeri untuk melanjutkan studi S2 nya.
Dia ingin meraih impiannya dengan jiwa yang lepas tanpa kekangan dari pihak manapun. Baginya sudah cukup dengan hubungan yang menyiksa batin dan tentunya fisik.

0 Komentar