"Awaaaasss.....!! Ada Sirion didepan!!" Teriakku padanya saat kami hampir menyentuh sisi belakang mobil itu yang melambat didepan kami. Jantungku masih berdegup kencang dan semakin kaget bahwa ternyata dengan mudah aku mengenali jenis dari mobil didepan kami dengan cepat.

"Ya Tuhaann.. Maaf sayang.. Ada sedikit kabut ini, membuat aku tak melihat jelas mobil didepan kita" seru Reno yang mengemudi disampingku

Sirion krem dengan plat nomer polisi B itu melambat karena ada orang yang menyebrang didepannya. Kami melihat bapak itu melintasi sisi kanan jalan dengan tenang. Kabut saat malam ini memang sedikit mengganggu jarak pandang mengemudi. Sirion krem itupun segera melaju kembali.
"Kok kamu tahu ada mobil dan itu adalah Sirion?" Tanya Reno padaku
"Oh.. Itu tebakanku saja" jawabku sambil berusaha mengendalikan emosiku. Jalan meliuk ini seperti terowong waktu yang membuatku kembali ke masa tiga tahun lalu dimana aku berada dalam mobil sirion krem dengan plat nomor polisi Jakarta. Mobil dengan jenis yang masih jarang beredar di kota kecil tempatku tinggal dulu. Tak dapat kupungkiri, diriku terlarut dalam kenangan itu. Saat pertama aku menaiki Sirion sebagai penumpang dan dengan dia yang berada disampingku.
Tak berhenti tersenyum simpul saat aku menatap wajahnya, saat dia mulai menyalakan mesin dan saat dia mengingatkanku untuk memakai sabuk keselamatan. Entah sudah berapa kali aku mengagumi suara khas lelaki miliknya. Rasanya begitu sexy dan membuatku sangat terbius. Dengan dirinya aku merasa terlindungi, terjaga dan tersayangi melebihi wanita manapun yang merasakan hal sama.

"Sayang tolong nyalakan musik, agak sepi, takut aku ngantuk... " Pinta Reno padaku

"Sayang....??? Delisha??" agak berseru Reno memanggilku.
"Oh... Iyah.. Mau radio atau CD playernya?" Jawabku terbata.
Suaranya membuyarkan lamunanku akan dia. Cepat-cepat aku menguasai diri dan mencoba berbicara dengannya mengenai hal lain. Namun pikiranku masih tertambat pada kenangan itu. Kamu yang tenang disana, selalu ada dalam kenanganku.

"Kamu tak papa? Perlu kita menepi dan beristirahat?" Tanya Reno dengan hati-hati padaku.

"Oh.. Tak papa sayang.. Kita lanjutkan saja, mungkin aku agak sedikit mengantuk" dengan cepat aku menjawab, sepertinya sudah cukup aku mengingat Sirion dan dia.

Kami terus mengobrol tentang hal-hal ringan. Sementara dalam pikiran dan hati, diam-diam aku berdoa. Dalam doa aku terus berharap dia akan tenang dan bahagia disana. Kurasa dia pun mengharapkan aku bahagia disini. Satu yang tak bisa lepas, sirion yang dengan mudah aku kenali bentuknya karena itu dulu adalah kendaraan dia.

0 Komentar