Leaving the year of 20th-ist
Meninggalkan usia
dua puluhan dan mulai beranjak ke usia tiga puluh. Apa yang sudah saya dapat di
usia ini? Pertanyaan itu yang mungkin akan ada di setiap pikiran orang saat
sudah mencapai fase ini. Ga mudah untuk menjawabnya, namun apa saja yang sudah
dilalui tentunya harus disyukuri dan di lihat dari sisi baiknya, positif thinking
akan menjadikan jalan kita lebih positif seterusnya. Walau belum banyak yang
bisa dicapai, tapi impian dan mimpi harus tetap ada.
Family is everything
Mungkin terdengar
cliché tapi itu yang saya rasakan
saat ini. Keluarga adalah orang terdekat kita, yang mengerti bagaimana sikap
saya terhadap lingkungan, terhadap teman, terhadap masa depan yang saya hadapi.
Orang tua dan adik saya adalah segalanya untuk saat ini. Tempat dimana saya
pulang dengan segala kondisi saya setelah beraktifitas. Alhamdulillah saya
diberikan sebuah keluarga yang hingga saat ini mengerti kondisi saya terutama
mamah yang selalu mendukung, tempat curhat hingga tempat mendapatkan nasihat
hidup. Ayah yang selalu sayang saya setiap detik dalam hidup ini. Senantiasa melindungi
dan memberikan kenyamanan yang bisa diberikan oleh nya. Adik yang bisa
dikategorikan jarang curhat sih, tapi sekalinya ngobrol-ngobrol pendapat dan
pemikirannya memang bisa membantu masalah yang saya hadapi. I am glad to have you.
Pekerjaan
Dunia kerja
saya saat ini bisa dibilang ditengah ranjau berduri. Disini saya banyak belajar
hidup di dunia kerja. Saat saya jatuh, saat saya tenggelam hingga saat saya
merasa tak ada teman dalam dunia ini. Saya semakin memahami bahwa inilah dunia
kerja sesungguhnya. It is really true
that experience is the best teacher in life. Mulai dari merasakan comfort zone lalu dibubarkan menjadi annoying zone dan selanjutnya menjadi cold war zone, yah memang ga sulit,
ditusuk dari belakang, dibicarakan semua orang, tentu saja bicara hal yang
kurang baik mengenai saya. Saat itu saya semakin sadar bahwa inilah yang bisa
saya lakukan, menjadi diri saya sendiri, dengan segala sifat saya dan semua
ajaran orang tua untuk menjadi orang yang lebih baik dimasa berikutnya. Kemudian
saya semakin bersyukur saya diberikan kesempatan merasakan dan belajar
mengambil sikap lebih baik untuk segala macam kondisi di kantor. Learning by doing, saya mendapatkan
kepercayaan diri saya dengan lebih baik, mempelajari apa yang terjadi,
mengambil makna dari setiap kejadian dan tentu saja menjadi pribadi yang lebih
berkembang kearah yang lebih positif. Semua terbaca seperti cliché ya? Ahaha.. Karena tentu saja
saya tidak bisa menceritakan secara detail apa yang terjadi disini. Atau mungkin
saya perlu mengambil jalur yang berbeda yah? Misalnya beralih ke kerja tanpa
kantor? Who knows?
Teman
Saya rasa semua
teman ada fase tersendiri. Belajar dari apa yang terjadi pada saya hingga saat
ini. Dahulu bagi saya pertemanan adalah selamanya, sahabat is forever, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Setiap pertemanan
ada fase tersendiri, teman sekolah akan selalu ada saat kita kuliah. Teman kuliah
menjadi tempat berkisah tentang pekerjaan. Teman kerja belum tentu akan menjadi
teman yang sesungguhnya. Ada fase dimana setiap pertemanan perlu break sejenak, fase itu akan terasa saat
kita udah jarang ngobrol dan chat di
media apa saja. Saya pernah merasa kangen dengan teman, tentu saja itu pasti
dirasakan, tapi saat fase itu terjadi saya hanya bisa berusaha menjadi teman
yang siap dihubungi, hingga di satu sisi ketika kembali bertemu akan ada cerita
– cerita seru tentang kehidupan kita masing-masing.
Hingga pada akhirnya, ketika bertemu akan terasa ganjal ataupun terasa asing, karena mereka sekarang hanya bagian dari hidup kita dan kita masing-masing sudah ada kehidupan lain yang lebih di prioritaskan. Inilah fase yang dinamakan fase teman yang sudah menikah. Saya merasa kehilangan mereka, terkadang saya tertegun sendiri, saya kangen ngobrol dengannya, ataupun saya kangen ingin have fun which is karaoke-ing, watching movies, have lunch together and so on. Tetapi semua saya tepis, hei ini sudah bukan fase itu lagi, they have something more priority than you are, be understand-able. Saat itulah saya mulai berpikir, saya mungkin belum merasakan apa yang sudah mereka alami lebih dahulu, saya mencoba mengerti mereka.
Hingga pada akhirnya, ketika bertemu akan terasa ganjal ataupun terasa asing, karena mereka sekarang hanya bagian dari hidup kita dan kita masing-masing sudah ada kehidupan lain yang lebih di prioritaskan. Inilah fase yang dinamakan fase teman yang sudah menikah. Saya merasa kehilangan mereka, terkadang saya tertegun sendiri, saya kangen ngobrol dengannya, ataupun saya kangen ingin have fun which is karaoke-ing, watching movies, have lunch together and so on. Tetapi semua saya tepis, hei ini sudah bukan fase itu lagi, they have something more priority than you are, be understand-able. Saat itulah saya mulai berpikir, saya mungkin belum merasakan apa yang sudah mereka alami lebih dahulu, saya mencoba mengerti mereka.
Di fase berikutnya saya menemukan teman baru,
yang bisa menerima saya dengan kondisi saya saat ini, saya merasa lebih baik. Saya
menerima fase ini dengan tetap menyadari, yang terpenting adalah keluarga, teman
adalah pemanis hidup, tidak saya lupakan, namun pada suatu saat nanti akan ada fase
dimana saya bisa bercerita seperti dulu dengan mereka, berkumpul lagi dengan
mereka dan memiliki quality time dengan wujud yang berbeda bersama mereka. Mungkin
saya hanya perlu menunggu sambil tetap menikmati apa yang sudah ada dan terus
bersyukur.
Be better in me
Saya menyadari
saat ini lebih baik menjadikan diri lebih positif, mencari lagi segala potensi
dalam diri, terus berusaha mengembangkan diri dan tentu saja tetap syukur,
tawakal dan berserah pada pemilik segalanya. Dengan segala pelajaran yang sudah
saya terima beberapa tahun terakhir ini, saya bisa banyak belajar untuk lebih
ikhlas dalam berteman, lebih sabar dan tekun dalam pekerjaan, going with the flow, mungkin itulah yang
saya ambil dalam pekerjaan. Saya juga belajar banyak untuk menerima segala
kondisi yang terjadi disekitar saya, mencoba bersikap dan berbicara lebih baik
lagi ke sekitar saya, walau mungkin keadaan sekitar masih kurang bersahabat
bahkan terkadang membuat saya kesal. Kembali lagi semua ke awal, harus lebih
positif bersabar dan mengerti keadaan sekitar.
Semoga perubahan
baik dalam diri saya ini bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Saya terus
berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Mempelajari hal baru
dan mengembangkan segala potensi yang saya senangi. Amiinn inshallah kedepan menjadi
lebih baik.
See you soon readers J
music soundtrack for tonight : Let It Go (Frozen)
music soundtrack for tonight : Let It Go (Frozen)
0 Komentar