Kenangan dalam Kotak Sepatu
Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint : buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013."
Benda-benda terkadang membuat kita mengingat seseorang atau suatu kejadian yang membekas dihati kita. Seperti halnya aku, seorang cewe yang belum punya cerita happy ending dalam percintaan. Dalam siklus percintaan yang aku jalani, ada benda-benda yang mengingatkan aku sama mantan pacar dan bahkan mantan gebetan. Benda-benda itu ada yang masih tetap ada disampingku dan ada pula yang sudah aku buang jauh-jauh demi kelangsungan hidup seorang Mellisa.
Yang pertama adalah sebuah boneka Winnie the Pooh warna kuning yang cukup besar untuk dipeluk, tokoh kartun favorit aku dari kecil. Mantan pacar memberikan boneka kepadaku saat kami nge-date empat tahun yang lalu. Saat kami pergi, boneka itu masih belum nongol tetapi saat dia mengantarkan aku pulang, tiba-tiba dia ada di depan muka aku, dipegang erat oleh si mantan pacar, katanya buat nemenin aku tidur. Bisa dibilang itu hadiah standar dari cowo buat cewenya, tapi buat aku, itu pertama kalinya dapet hadiah dari orang yang special. Mantan pacar pertama. What a sweet memory. Walaupun akhirnya kita putus, tapi kita tetap teman hingga sekarang.
Cewe manapun pasti suka dikasih bunga oleh seseorang, kecuali dia alergi bunga. Sekuntum mawar merah yang sudah layu dan rapuh, hingga akhirnya aku buang, adalah sebuah hadiah dari mantan aku yang kedua. Dia kasih mawar itu bersama dengan Clairmont Chocolate Cheese Cake saat aku ulang tahun, dia datang sore hari ke kantor aku, naik motor berjibaku dengan macetnya Jakarta Selatan dan berpesan padaku untuk tunggu dia sebelum aku pulang. Mukaku yang sudah lusuh sehabis rapat hingga sore hari seperti memiliki aura yang berbunga-bunga dan sangat berseri hingga teman-teman kantorku bisa melihatnya. Aku jadi memerah dan tersipu malu. Cake dan bunga itu tentu aku bawa pulang. Hal yang paling membuat aku terheran-heran adalah saat aku pulang kerja, dengan sukses dan selamat aku bisa membawa cake itu pulang kerumah. Aku yang tiap hari kekantor dengan bus ke stasiun cawang kemudian naik KRL ke Bogor yang penumpangnya tak pernah sepi, tetapi sore itu benar-benar ajaib, cake aku utuh sampai kerumah. A simple things to do but a big impact to my heart.
Benda selanjutnya adalah sebuah novel “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh” karya Dewi Lestari, novel ini tetap ada padaku walaupun sebenarnya bukan milikku. Hahaha… Jadi, novel ini adalah benda terakhir yang aku pinjam dari mantan gebetan, mengenaskan sekali, saat sudah umur segini dan aku masih terjebak dengan ‘mantan gebetan’. Anyway, saat aku kenal dengan dia, kita banyak ngobrol tentang novel dan buku, dia orang yang penuh dengan ketertarikan dengan buku, novel, tulisan, film dan macam-macam informasi bisa dari internet maupun dari media lainnya. Menurut aku, dia orang yang cukup open mind, bisa menerima masukan dan pendapat dari orang lain, dan itu membuat aku jatuh hati padanya. Dia membuka pikiran aku tentang banyak hal, membuat waktu diskusi kita di bbm tak pernah habis. Meminjamkan aku novel-novel yang dia punya (novel Dee Lestari salah satunya filosofi kopi), bisa dengan tiba-tiba bbm aku atau menelepon aku untuk menanyakan hal yang bahkan orang lain tidak terpikirkan. Hal-hal itu membuat aku merasa nyaman dengan dia.
Hingga pada akhirnya, kami tidak bisa melanjutkan sesuatu yang bahkan belum bisa dibilang sebuah hubungan. Menurutnya, apa yang dia rasakan tidak sama dengan aku. Belum ada rasa klik yang dia rasakan denganku. Setelah mendengar dia berbicara begitu, aku serasa ditampar dengan novel “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh” yang masih ada dikamarku, merah membekas dan merobek hati aku yang semakin rapuh saat dia benar-benar tidak menghubungi aku lagi. Aku tak sanggup melanjutkan membaca “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh” karena novel itu terus mengingatkan aku padanya. Sebenarnya ingin aku buang jauh-jauh novel itu, tapi novel itu jelas tidak salah, hanya saja, hati aku belum siap. Mungkin dua bulan kedepan aku sudah bisa tenang dan membacanya kembali, dan tentunya membaca ketiga novel lanjutnya. Semua benda itu memang tetap ada disekitarku, kenangan dalam sebuah kotak sepatu. Biarlah manusia tetap hidup dalam kenangan seseorang, karena dengan begitu kita bisa lebih menghargai waktu sebelum semuanya menjadi kenangan.
Cheers…
Mellisa yang sedang move on…. :))
Benda-benda terkadang membuat kita mengingat seseorang atau suatu kejadian yang membekas dihati kita. Seperti halnya aku, seorang cewe yang belum punya cerita happy ending dalam percintaan. Dalam siklus percintaan yang aku jalani, ada benda-benda yang mengingatkan aku sama mantan pacar dan bahkan mantan gebetan. Benda-benda itu ada yang masih tetap ada disampingku dan ada pula yang sudah aku buang jauh-jauh demi kelangsungan hidup seorang Mellisa.
Yang pertama adalah sebuah boneka Winnie the Pooh warna kuning yang cukup besar untuk dipeluk, tokoh kartun favorit aku dari kecil. Mantan pacar memberikan boneka kepadaku saat kami nge-date empat tahun yang lalu. Saat kami pergi, boneka itu masih belum nongol tetapi saat dia mengantarkan aku pulang, tiba-tiba dia ada di depan muka aku, dipegang erat oleh si mantan pacar, katanya buat nemenin aku tidur. Bisa dibilang itu hadiah standar dari cowo buat cewenya, tapi buat aku, itu pertama kalinya dapet hadiah dari orang yang special. Mantan pacar pertama. What a sweet memory. Walaupun akhirnya kita putus, tapi kita tetap teman hingga sekarang.
Cewe manapun pasti suka dikasih bunga oleh seseorang, kecuali dia alergi bunga. Sekuntum mawar merah yang sudah layu dan rapuh, hingga akhirnya aku buang, adalah sebuah hadiah dari mantan aku yang kedua. Dia kasih mawar itu bersama dengan Clairmont Chocolate Cheese Cake saat aku ulang tahun, dia datang sore hari ke kantor aku, naik motor berjibaku dengan macetnya Jakarta Selatan dan berpesan padaku untuk tunggu dia sebelum aku pulang. Mukaku yang sudah lusuh sehabis rapat hingga sore hari seperti memiliki aura yang berbunga-bunga dan sangat berseri hingga teman-teman kantorku bisa melihatnya. Aku jadi memerah dan tersipu malu. Cake dan bunga itu tentu aku bawa pulang. Hal yang paling membuat aku terheran-heran adalah saat aku pulang kerja, dengan sukses dan selamat aku bisa membawa cake itu pulang kerumah. Aku yang tiap hari kekantor dengan bus ke stasiun cawang kemudian naik KRL ke Bogor yang penumpangnya tak pernah sepi, tetapi sore itu benar-benar ajaib, cake aku utuh sampai kerumah. A simple things to do but a big impact to my heart.
Benda selanjutnya adalah sebuah novel “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh” karya Dewi Lestari, novel ini tetap ada padaku walaupun sebenarnya bukan milikku. Hahaha… Jadi, novel ini adalah benda terakhir yang aku pinjam dari mantan gebetan, mengenaskan sekali, saat sudah umur segini dan aku masih terjebak dengan ‘mantan gebetan’. Anyway, saat aku kenal dengan dia, kita banyak ngobrol tentang novel dan buku, dia orang yang penuh dengan ketertarikan dengan buku, novel, tulisan, film dan macam-macam informasi bisa dari internet maupun dari media lainnya. Menurut aku, dia orang yang cukup open mind, bisa menerima masukan dan pendapat dari orang lain, dan itu membuat aku jatuh hati padanya. Dia membuka pikiran aku tentang banyak hal, membuat waktu diskusi kita di bbm tak pernah habis. Meminjamkan aku novel-novel yang dia punya (novel Dee Lestari salah satunya filosofi kopi), bisa dengan tiba-tiba bbm aku atau menelepon aku untuk menanyakan hal yang bahkan orang lain tidak terpikirkan. Hal-hal itu membuat aku merasa nyaman dengan dia.
Hingga pada akhirnya, kami tidak bisa melanjutkan sesuatu yang bahkan belum bisa dibilang sebuah hubungan. Menurutnya, apa yang dia rasakan tidak sama dengan aku. Belum ada rasa klik yang dia rasakan denganku. Setelah mendengar dia berbicara begitu, aku serasa ditampar dengan novel “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh” yang masih ada dikamarku, merah membekas dan merobek hati aku yang semakin rapuh saat dia benar-benar tidak menghubungi aku lagi. Aku tak sanggup melanjutkan membaca “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh” karena novel itu terus mengingatkan aku padanya. Sebenarnya ingin aku buang jauh-jauh novel itu, tapi novel itu jelas tidak salah, hanya saja, hati aku belum siap. Mungkin dua bulan kedepan aku sudah bisa tenang dan membacanya kembali, dan tentunya membaca ketiga novel lanjutnya. Semua benda itu memang tetap ada disekitarku, kenangan dalam sebuah kotak sepatu. Biarlah manusia tetap hidup dalam kenangan seseorang, karena dengan begitu kita bisa lebih menghargai waktu sebelum semuanya menjadi kenangan.
Cheers…
Mellisa yang sedang move on…. :))
0 Komentar