Pesawat
"Kamu, cepat kabarin aku begitu sampai dibandara sana yah" tegas Reno padaku. "Iyah, I will call you as soon as I get there" jawabku mantap. Segera aku menyambar koper besarku dan menenteng laptop dan tas perlengkapan dibahuku. Reno mengantarku hingga pintu masuk penumpang bandara soekarno hatta. Aku melambaikan tangan perpisahan pada Reno. Dia menungguku hingga masuk ke bagian check in. Tak lama kemudian dia pergi ke tempat taxi untuk kembali pulang. Kemudian aku pun bergegas menuju ruang tempat check in. Setelah selesai check in dan menaruh koperku untuk bagasi, aku langsung menuju ruang boarding. Sesampainya diruang boarding yg dipenuhi kursi tunggu dan ternyata hanya sedikit orang yang masih duduk menunggu pesawat mereka. Hari masih pagi, sinar matahari menembus jendela ruangan yang sedikit gelap. Aku memilih kursi yang dekat dengan jalan menuju gate. Saat hendak duduk dengan nyaman dikursi itu, tiba-tiba saja sudah ada pengumuman penumpang pesawat untuk segera naik ke pesawat. Aku pun dengan cepat menyambar tas laptop dan perlengkapanku.
Saat mulai membaca dengan santai majalah yang kubawa, terdengar olehku percakapan pramugari dengan seseorang "Nomer berapa kursinya pak?" Tanya pramugari itu. Tanpa menoleh aku tetap dengan asik membaca majalah. "Saya dikursi 15B mba" jawab orang itu dan mataku terbelak. Apa?! Aku kenal suara itu. Ada Christian Sugiono dalam pesawat ini?! Jeritku dalam hati. Dan tunggu dulu, dia duduk di 15B, itu berarti dikursi kosong sebelahku?! Tak berani menatap asal suara, aku hanya terduduk grogi dan cemas tak karuan. Benar-benar tak disangka, aku suka Tian salah satunya adalah karena suaranya itu. Dan tentu saja aku semakin kaget dia akan duduk disampingku.
Langkah kaki itu terdengar mantap dan mendekat ke arah deretan kursiku. Ibu yang berada dipinggir deretan kursi hanya menatapku aneh. Dia pasti merasa bingung dan aneh melihat kelakuanku. Saat suara langkah kaki itu semakin mendekat Ibu itu berdiri dan mempersilakan pria itu untuk duduk. Aku mengangkat kepala dan menoleh kearah kanan. Seperti melihat hantu yang selalu kutakuti, aku menatap pucat dan tak bergeming melihat wajah itu.
"Kamu...?" Tanya pria itu dengan ragu. Saat bersamaan aku langsung menunduk tanpa sepatah katapun. Benar-benar shock melihat dan merasakan duduk bersebelahan dengan dia.
Aku beranikan diri, mengangkat kepala yang tertunduk dan dengan suara bergetar berkata "apa kabar?" "Baik" jawabnya seketika. Kepalaku mendadak pusing dan merasa mual diperut, sudah lama sekali tidak mendengar suara Bass khas lelaki miliknya, yang dulu sangat kusuka dan membuatku tergila-gila bila dia menelponku.
Dengan santai dia membaca koran. Sementara aku sibuk membaca majalah yang ku bolak-balik dari tadi. Tidak secuilpun tulisan itu aku mengerti karena gejolak dijantungku lebih 'ramai' untuk berdegup. Aku menghela nafas dan mencoba santai. Berpikir jernih untuk bersikap dewasa. Nafasku mulai tenang dan aku bisa dengan santai melihat awan putih didalam burung terbang raksasa ini. Dia berdehem sambil melipat korannya dan berkata "mau kemana?" Aku menoleh dan menunjuk hidungku. "Iyah kamu" sahutnya meyakinkanku. "Oh, ke Tunjungan Plaza, ada acara kantor disana". Jawabku sambil meredakan gugup. "Menginap dimana?" Tanyanya lagi. "Di hotel Tunjungan". "Oh sama denganku" "tapi aku bersama rombongan" aku menjelaskan. Dan berpikir kemudian, hei buat apa aku menjelaskan? Berkata dalam hati dan mengutuk tindakanku barusan. Tanpa sadar aku menjitak kepalaku sendiri. Aku benar-benar tak berdaya untuk tidak terlihat gugup dan kikuk.
"Selamat datang di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Surabaya. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa pada penerbangan selanjutnya."
Ya Tuhan, 1 jam 20 menit, terasa sekali seperti 10 tahun di bumi tempat berpijak dan aku terduduk kaku dikursi pesawat 15A ini. Aku menghela nafas panjang sambil menatap jendela kecil yang berada disampingku. Awan putih menjelma menjadi rangkaian gambar pulau dan semakin jelas terlihat hijau dari pepohonan dibawah sana. Pikiranku melayang. Senangg sekali melihat hijaunya pepohonan itu. Semakin jelas terlihat karena kurasakan pesawat semakin merendah.
"Del, udah sampai nih, hayu bangun" Ibu Puji membangunkanku dari tidur sekejap. "Iyah bu, ketiduran sebentar" huufff... Ternyata sudah di Sepinggan.. Hey, aku di Balikpapan sekarang. Tapi kenapa kedatanganku disini diawali oleh mimpi itu? Bibirku pun cemberut sembari turun dari pesawat dan menuju bandara. Ah sudahlah. Hanya bagian dari sebuah perjalanan. Perjalanan ke Surabaya yang panjang.
"Del, tunggu bagasi sebentar yah, Ibu mau ke toilet dulu" Bu Puji berkata sembari hendak berjalan. "Iyah bu, saya tunggu disini bagasinya" aku segera menjawab. "Halo, aku udah sampai di Balikpapan" "ya sudah hati-hati yah sayang" "iyah, ini langsung mau ke hotelnya"
Saat mulai membaca dengan santai majalah yang kubawa, terdengar olehku percakapan pramugari dengan seseorang "Nomer berapa kursinya pak?" Tanya pramugari itu. Tanpa menoleh aku tetap dengan asik membaca majalah. "Saya dikursi 15B mba" jawab orang itu dan mataku terbelak. Apa?! Aku kenal suara itu. Ada Christian Sugiono dalam pesawat ini?! Jeritku dalam hati. Dan tunggu dulu, dia duduk di 15B, itu berarti dikursi kosong sebelahku?! Tak berani menatap asal suara, aku hanya terduduk grogi dan cemas tak karuan. Benar-benar tak disangka, aku suka Tian salah satunya adalah karena suaranya itu. Dan tentu saja aku semakin kaget dia akan duduk disampingku.
Langkah kaki itu terdengar mantap dan mendekat ke arah deretan kursiku. Ibu yang berada dipinggir deretan kursi hanya menatapku aneh. Dia pasti merasa bingung dan aneh melihat kelakuanku. Saat suara langkah kaki itu semakin mendekat Ibu itu berdiri dan mempersilakan pria itu untuk duduk. Aku mengangkat kepala dan menoleh kearah kanan. Seperti melihat hantu yang selalu kutakuti, aku menatap pucat dan tak bergeming melihat wajah itu.
"Kamu...?" Tanya pria itu dengan ragu. Saat bersamaan aku langsung menunduk tanpa sepatah katapun. Benar-benar shock melihat dan merasakan duduk bersebelahan dengan dia.
Aku beranikan diri, mengangkat kepala yang tertunduk dan dengan suara bergetar berkata "apa kabar?" "Baik" jawabnya seketika. Kepalaku mendadak pusing dan merasa mual diperut, sudah lama sekali tidak mendengar suara Bass khas lelaki miliknya, yang dulu sangat kusuka dan membuatku tergila-gila bila dia menelponku.
Dengan santai dia membaca koran. Sementara aku sibuk membaca majalah yang ku bolak-balik dari tadi. Tidak secuilpun tulisan itu aku mengerti karena gejolak dijantungku lebih 'ramai' untuk berdegup. Aku menghela nafas dan mencoba santai. Berpikir jernih untuk bersikap dewasa. Nafasku mulai tenang dan aku bisa dengan santai melihat awan putih didalam burung terbang raksasa ini. Dia berdehem sambil melipat korannya dan berkata "mau kemana?" Aku menoleh dan menunjuk hidungku. "Iyah kamu" sahutnya meyakinkanku. "Oh, ke Tunjungan Plaza, ada acara kantor disana". Jawabku sambil meredakan gugup. "Menginap dimana?" Tanyanya lagi. "Di hotel Tunjungan". "Oh sama denganku" "tapi aku bersama rombongan" aku menjelaskan. Dan berpikir kemudian, hei buat apa aku menjelaskan? Berkata dalam hati dan mengutuk tindakanku barusan. Tanpa sadar aku menjitak kepalaku sendiri. Aku benar-benar tak berdaya untuk tidak terlihat gugup dan kikuk.
"Selamat datang di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Surabaya. Terima kasih telah terbang bersama kami. Sampai jumpa pada penerbangan selanjutnya."
Ya Tuhan, 1 jam 20 menit, terasa sekali seperti 10 tahun di bumi tempat berpijak dan aku terduduk kaku dikursi pesawat 15A ini. Aku menghela nafas panjang sambil menatap jendela kecil yang berada disampingku. Awan putih menjelma menjadi rangkaian gambar pulau dan semakin jelas terlihat hijau dari pepohonan dibawah sana. Pikiranku melayang. Senangg sekali melihat hijaunya pepohonan itu. Semakin jelas terlihat karena kurasakan pesawat semakin merendah.
"Del, udah sampai nih, hayu bangun" Ibu Puji membangunkanku dari tidur sekejap. "Iyah bu, ketiduran sebentar" huufff... Ternyata sudah di Sepinggan.. Hey, aku di Balikpapan sekarang. Tapi kenapa kedatanganku disini diawali oleh mimpi itu? Bibirku pun cemberut sembari turun dari pesawat dan menuju bandara. Ah sudahlah. Hanya bagian dari sebuah perjalanan. Perjalanan ke Surabaya yang panjang.
"Del, tunggu bagasi sebentar yah, Ibu mau ke toilet dulu" Bu Puji berkata sembari hendak berjalan. "Iyah bu, saya tunggu disini bagasinya" aku segera menjawab. "Halo, aku udah sampai di Balikpapan" "ya sudah hati-hati yah sayang" "iyah, ini langsung mau ke hotelnya"
0 Komentar